ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Pada Pabrik Gula Kebon Agung Malang)
Abstract
The research was conducted on the basis of the large number of sugar consumption in Indonesia but are not offset by an increase in the number of national sugar production. Therefore, to continue to increase the amount of production but the production cost does not exceed the budget of a company it is necessary to plan and control production costs. Standard costing can be used as an alternative in the planning and control of production costs. With the standard costing, the company can know - perverts irregularities that occurred during the production process. So the company can take action in order to further correlative recurring adverse deviation for the company. The results of this study showed that the difference in the quantity of raw material showed favorable Rp 2,721,720,040. Differences in raw material prices showed favorable amounting to Rp 12,176,341,010. Difference in direct labor ratesshowed favorable amounting to Rp 26,112,768,280. Difference in direct labor efficiency showed no benefit of Rp 31,391,075,470. Difference factory overhead cost using a difference method, two difference, three difference, and four difference showed favorable Rp 42,982,400,700.
Keywords : Standard costs, Production costs
Abstrak
Penelitian ini dilakukan atas dasar banyaknya jumlah konsumsi gula di Indonesia tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi gula nasional. Oleh karena itu, untuk tetap dapat meningkatkan jumlah produksi tetapi dengan biaya produksi yang dikeluarkan tidak melebihi anggaran perusahan maka diperlukan adanya suatu perencanaan dan pengendalian biaya produksi. Penetapan biaya standar dapat dijadikan salah satu alternatif dalam perencanaan dan pengendalian biaya produksi. Dengan adanya penetapan biaya standar, perusahaan dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses produksi. Sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan korelatif agar untuk selanjutnya tidak terjadi lagi penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa selisih kuantitas bahan baku menunjukkan menguntungkan sebesar Rp 2.721.720.040. Selisih harga bahan baku menunjukkan menguntungkan sebesar Rp 12.176.341.010. Selisih tarif tenaga kerja langsung menunjukkan menguntungkan sebesar Rp 26.112.768.280. Selisih efisiensi tenaga kerja langsung menunjukkan tidak menguntungkan sebesar Rp 31.391.075.470. Selisih biaya overhead pabrik menggunakan metode satu selisih, dua selisih, tiga selisih, dan empat selisih menunjukkan menguntungkan sebesar Rp 42.982.400.700.
Kata kunci :Biaya Standar, Biaya produksi